Saturday, November 8, 2008

jamur goreng


Pengennya sih kulit ayam goreng.. tapi apa daya kayaknya kalo abis makan kulit ayam goreng perasaan banyak 'dosa' karena kolesterol dan lemak tinggi.

Akhirnya buat gantiin biasanya bikin jamur (oyster) goreng.
Biasanya bikin cuma pake tepung bumbu KOBE, tapi kali ini nyontek resep dari buku "Healthy Vegan Delicacy" nya Chan Sook Han.

Dulu2 biasanya kalo bikin jamur goreng, masalahnya harus buru2 dimakan soalnya kalo dah dinging , jamur ini cenderung basah dan berminyak.

di resep ini diajarin caranya yaitu jamur harus direbus dulu.
jadinya hasilnya garing.

oh ya.. adonan ini juga bagus utk dibikin kulit risoles nya abang2 (itu lho yg buat bikin soto mie) yg agak alot dan garing.

Ingredients:
jamur oyster ( putih)
3 sm tepung terigu
1 1/2 sm tepung kentang
1 sm maizena
1 sm minyak
1 st Baking powder
5 sm air
1 st garam
merica secukupnya.
bumbu penyedap kalo mau. karena ini resep vegetarian pake bubuk kaldu jamur.

tambahan : tepung panir, nestum
resep asli pake nestum

potato flour, tekstur nya mirip rice flour/maizena. karena berfungsi sbg pengental juga. tapi belum pernah coba ga pake tepung kentang.

Directions:
1. bersihkan jamur.
2. rebus jamur sampai layu (kira2 1 menit)
3. tiriskan jamur, kemudian bilas dg air dingin.
4. peras jamur sehingga agak kering.
5. campur semua adoanan tepung, tuangkan air pelan2 sambil diaduk.
6. adoanan jadinya kental, kemudian balurkan jamur di adonan.
7. boleh langsung goreng.
8. kalo suka setalah dibalurkan adonan boleh di kasih tepung panir atau nestum.

ps.
- adonan ini ga gampang gosong, jadi cocok buat adonan kremesan ayam enak garing.tambahin air 2-3 sdm
- tempe juga enak ditepungin pake ini, trus sisanya dibikin kremesan.
- jangan buat bikin cumi goreng tepung, karena gorengnya pasti kelamaan jadi cuminya alot.
- untuk di bikin risol tambahin air lumayan banyak sampai kira2 mencapai kekentalan adonan kulit risol. karena saya suka bikin kulit risol yg tipis, bisa ditambah 1/2 cup

Mark Zuckerberg, Miliarder Termuda


Pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui situs tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu, reunian, dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa waktu lalu sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era suksesnya Friendster, berbagai situs jaringan pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.

Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan.

Pada sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya. Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua mingguan. Pria kelahiran Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap.

Mendapati Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak orang bergabung, ia memutuskan mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannya-Andrew McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook untuk umum.

Mark ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal lainnya. Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.

Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat. Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.

Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook menjadi ‘barang dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software Microsoft pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham hanya 1,6 persen saja, Microsoft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri.

Niat Mark Zuckerberg untuk sekadar ‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam sebuah jaringan ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar pria yang baru berusia 23 tahun ini menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Sungguh, kejelian melihat peluang dan niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah perjuangan dan ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan yang dapat mengubah hidup makin bermakna.

Google, Bukti Kekuatan Kesederhanaan Dan Integritas


Dalam daftar orang terkaya di Amerika baru-baru ini, terselip dua nama yang cukup fenomenal. Masih muda, usianya baru di awal 30-an, namun kekayaannya mencapai miliaran dolar. Nama kedua orang itu adalah Larry Page dan Sergey Brin. Mereka adalah pendiri Google, situs pencari data di internet paling terkenal saat ini.

Terlepas dari jumlah kekayaan mereka, ada beberapa hal yang perlu dicontoh dari kisah sukses mereka. Satu hal yang pertama, yang disebut Sergey Brin, yang kini menjabat sebagai Presiden Teknologi Google, yakni tentang kekuatan kesederhanaan. Menurutnya, simplicity web adalah hal yang disukai penjelajah internet. Dan, Google berhasil karena menggunakan filosofi tersebut, menghadirkan web yang bukan saja mudah untuk mencari informasi, namun juga menyenangkan orang.

Kunci sukses kedua adalah integritas mereka dalam mewujudkan impiannya. Mereka rela drop out dari program doktor mereka di Stanford University untuk mengembangkan google. Mereka pun pada awalnya tidak mencari keuntungan dari proyek tersebut. Malah, kedua orang itu berangkat dari sebuah ide sederhana. Yakni, bagaimana membantu banyak orang untuk mempermudah mencari sumber informasi dan data di dunia maya. Mereka sangat yakin, ide mereka akan sangat berguna bagi banyak orang untuk mempermudah mencari data apa saja di internet.

Kunci sukses lainnya yaitu mereka tidak melupakan jasa orang-orang yang mendukung kesuksesan mereka. Larry dan Sergey sangat memerhatikan kesejahteraan SDM di Google. Kantornya yang diberi nama Googleplex dinobatkan sebagai tempat bekerja terbaik di Amerika tahun 2007 oleh majalah Fortune. Di sana suasananya sangat kekeluargaan, ada makanan gratis tiga kali sehari, ada tempat perawatan bagi bayi ibu muda, bahkan sampai kursi pijat elektronik pun tersedia. Mereka sadar, di balik sukses inovasi yang dilakukan Google, ada banyak doktor matematika dan lulusan terbaik dari berbagai universitas yang membantu mereka.

Larry dan Sergey memang tak pernah menduga Google akan sesukses sekarang. Kedua orang yang terlahir dari keluarga ilmuwan – ayah Sergey adalah doktor matematika, sedangkan Larry adalah putra almarhum doktor pertama komputer di Amerika – ini memang hanya berangkat dari sebuah masalah sederhana. Mereka berusaha memecahkan masalah tersebut, dan berbagi dengan orang lain. Namun, justru dengan kesederhanaan dan integritas mereka, mampu membuat Google saat ini menjadi mesin pencari terdepan, dikunjungi lebih dari 300 juta orang perhari. Diterjemahkan dalam 88 bahasa dengan nilai saham mencapai lebih dari 500 dolar AS per lembar, membuat sebuah kesederhanaan menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa.

Sebuah niat mulia, meski sesederhana apapun, jika dilandasi kerja keras dan integritas yang tinggi, akan menghasilkan sesuatu yang istimewa. Hal tersebut nampak dari contoh kisah sukses Larry Page dan Sergey Brin di atas. Google yang mereka dirikan terbukti telah membantu banyak orang untuk bisa mendapatkan apa saja dari internet. Dan kini, mereka pun mendapatkan imbalan yang bahkan tak diduga mereka sebelumnya. Kesuksesan sejati memang akan terasa saat kita bisa berbagi. Dan, Larry serta Sergey membuktikannya sendiri.