Wednesday, August 4, 2010

PROPOSAL HALAL BIHALAL DAN REUNI AKBAR SMA 2 PACITAN

PROPOSAL HALAL BIHALAL & REUNI AKBAR SMA NEGERI 2 PACITAN

LATAR BELAKANG
Banyak hal telah terlewati selama rentang waktu saat‐saat di SMA dulu.
Tawa, senang, sedih, jengkel, haru, dan pilu telah kita lalui bersama.
Sebuah masa yang hanya bisa kita kenang namun
tak mungkin kan terulang kembali. Ya, masa‐masa di SMA memang masa yang paling indah.
Kemudian beberapa mungkin puluh tahun telah berlalu sejak masa kelulusan tiba.
Selama itu pula kita terpisah. Berjalan melintasi rimba kehidupan
dan mengarungi samudera yang tak bertepi. Melanglang buana
mencari asa dan menggapai cita‐cita. Tak jarang harus jatuh‐bangun hingga rasa penat
dan lelah menghinggapi hati dan jiwa. Saat itulah, seringkali lintasan indah
saat SMA dulu menghiasi ruang jiwa kita. Membangkitkan semangat, memompa daya juang kita,
atau meski hanya sekedar menghadirkan senyum mengusir penat dan lelah.
Dan akhirnya, harus kita akui dan sadari, bahwa kita saling merindukan. Untuk berbagi kembali dan mengukir inspirasi‐inspirasi kehidupan.

MAKSUD DAN TUJUAN
Bernostalgia dan menyambung kembali tali silaturahmi yang pernah terjalin.
Membuka ruang untuk saling berbagi, bekerjasama, dan membantu satu sama lain dalam berbagai hal.

PESERTA HALAL BIHALAL & REUNI AKBAR
Kepala Sekolah dan Guru‐guru kita semasa kita bersekolah di SMA Negeri 2 Pacitan
Para alumni SMA Negeri 2 Pacitan dimanapun berada
Para dewan Guru Sekolah sekarang

TEMA & PELAKSANAAN ACARA
Acara Halal Bihalal & Reuni Akbar Alumni SMA Negeri 2 Pacitan
ini mengambil tema: “ Merajut Kenangan Yang Pernah Hilang”.
Dan akan dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Minggu, 12 September 2010 (Lebaran hari ke-4)
Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : Gedung Gasibu Swadaya Pacitan


RUNDOWN ACARA
Opening / Pembukaan
Sambutan-Sambutan
Sekilas Perjalanan SMA NEGERI 2 PACITAN
Pesan Dan Kesan Dari Perwakilan Angkatan
Hiburan / musik
Acara Bebas
Salam-Salaman
Closing / penutup
...................
.....................
UNTUK SELENGKAPNYA dapat di download di link di atas (KLIK JUDUL n download the proposal)
Sekali lagi KLIK JUDUL DI ATAS ntr akan nyambung ke link untuk DOWNLOAD PROPOSAL nya.
terima kasih



ttd

PANITIA HALAL BIHALAL DAN REUNI AKBAR SMAN 2 PACITAN 2010

Thursday, May 20, 2010

1967 Ford Mustang Shelby Cobra GT500


The Ford Mustang grew a size for the 1967 model year. Also the car became more powerful with a 390 cid (6.4 litre) big-block option, which boasted some 320 hp, considerably more than the racy Shelby GT-350 had to offer. The power-output of the 1967 GT-350 even was reduced from 306 to 290 hp to comply to noise restriction regulations.

But Shelby overclassed the 390 cid Mustang with a new model: the GT-500. In the GT-500 Ford’s new 428 cid V8 was fitted, a massive 7-litre unit producing a staggering 400 hp @ 5600 rpm. For insurance reasons however a moderate 355 hp was advertised.
The introduction of the more powerful engine options in the Shelby Mustangs meant that Ford’s 289 cid unit became available for the British built, Shelby derived Sunbeam Tiger Mk II, since it could be of no threat anymore on or off the track. Unfortunately the 289 powered Tiger was short lived due to the Chrysler take-over of the Rootes Group, the parent company of Sunbeam.
1967_Ford_Shelby_Mustang_GT-500The 1967 Shelby Mustangs distinguished themselves from their more plain Ford cousins with elaborate use of fiberglass. A larger fiberglass nose was fitted, together with fiberglass hood, fenders and trunk lid. The hood featured an intimidating dual air intake scoop and the cut-off rear end showed an angular spoiler which blended into the rear fenders. The plastic rear roof windows gave way to impressive air-extraction scoops. A protruding lower front spoiler was a popular extra.
Early 1967 Shelby Mustangs showed driving lights placed close together in the center of the grill (as shown in the picture above); later models had these lights on the opposite sides of the grill. In all the 1967 Shelby Mustang looked aggressive and potent and left no doubts about the abilities of the car.
1967_Ford_Shelby_Mustang_GT-500The interior also looked the part. It was racy with shiny metal panels, a large variety of dials and clocks and of course bucket seats. To top it off a large black-finish roll bar with built-in inertia-reel seatbelts was fitted.
Remarkably the 1967 Shelby Mustangs were down-priced from the 1966 models. Where the 1966 GT-350 needed US$ 4,600 to change owner, the 1967 GT-350 only took US$ 3,995 to buy (still 35% more than a standard Mustang). The new GT-500 was priced at US$ 4,195. For high-performance cars they were unusually affordable.
1967_Ford_Shelby_Mustang_GT-500Here you see the 428 cid V8 engine with the “Le Mans” cylinder heads and the (1968) “Cobra Jet” air intake of the GT-500 shown on this page. Really a piece of no-nonsense engineering: there’s no substitute for cubic inches (and oversized fittings) as they say in America. It’s all accessible and relatively easy to maintain for a thoroughbred car.
Like stated the GT-500 engine cranked out close to 400 hp and with the car weighing some 1360 kg, it had a ratio of 3.4 kg per horsepower. Compare that to the 5.7 kg per horsepower for the contemporary and more nimble Porsche 911 S and you’ll understand this car was a thrill to drive.
The 1967 Shelby Mustangs can be regarded as the last true Shelbys and are the most interesting of all in my opinion. I love these cars, even without starting the engine you’ll feel great in it. Still, production was relatively limited with 1,175 GT-350s and 2,050 GT-500s. Apparently there were a few (less than 50) GT500s produced with the 427 cid Medium Riser engine, which had starred before in the AC Shelby Cobra 427 Mk III.

KISAH DIBALIK PENCIPTAAN ADAM

Sepanjang sejarah makhluk yang bernama manusia dimuka bumi dengan segala kisahnya, ternyata masih banyak menjadi misteri. Sosok Adam sebagai manusia pertama dimuka bumi, menyimpan 1001 kisah. Kisah ini mencoba menguak secuil misteri tentang penciptaan Nabi Adam, dan disajikan untuk anda sekalian.
Al kisah sebelum terciptanya Adam, Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril untuk mengunjungi bumi dalam rangka mengambil tanah sebagai bahan menciptakan Adam. Namun ketika dibumi, bumi menyatakan penolakan untuk diambil tanahnya sebab bumi khawatir kelak manusia akan melakukan perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Setelah kejadian ini maka Jibrilpun kembali dan melapor pada Allah.

Allah memerintahkan malaikat Mikail untuk turun tangan dengan maksud yang sama. Namun bumipun kembali menolak, dan Mikail melaporkan kegagalan ini pada Allah. Menyikapi hal ini selanjutnya Allah memerintahkan Izra’il yang turun ke bumi, Allah SWT berkata kepada Izra’il: “ engkau, AKU tugaskan mengambil tanah, meskipun bumi bersumpah, janganlah engkau mundur. Kerjakan perintah-KU dan atas nama-KU”.

Izra’ilpun turun ke bumi dan berkata: “ Hai bumi, ketahuilah kedatanganku kesini atas perintah Allah dan atas nama Allah, juka engkau membantah perintah Allah tentunya engkau akan menjadi mahluk yang durhaka pada Allah”. Mendengar perkataan Izrai’il maka bumipun akhirnya pasrah, dan Izra’il akhirnya mengambil beberapa jenis tanah. Selanjutnya Ia kembali kepada Allah.

Menyambut kedatangan Izra’il Allah berkata: “Ya Izra’il, pertama engkau yang aku tugaskan mengambil tanah, kelak engkaulah yang akan mencabut nyawa manusia”. Mendengar hal ini Izra’il menjadi bimbang “ Jika demikian, maka hamba akan dibenci oleh anak cucu Adam karena pekerjaan ini”. “ Tidak mereka tidak akan memusuhi engkau, AKU nanti yang mengaturnya. Akan aku jadikan sebab-sebab untuk mendatangkan kematian mereka. Bisa karena terbunuh, bisa karena terbakar, bisa juga karena menderita penyakit, dan sebagainya”.

Menurut Ibnu Abbas ada beberapa spesifikasi tanah yang digunakan untuk membuat manusia (Adam) sebagai berikut:

Kepala Adam dari tanah Baitul Muqadis: tempat otak dan akal manusia
Telinga Adam dari tanah bukit Tursina: karenanya menjadi alat pendengar
Dahi Adam dari tanah Iraq: karenanya tempat bersujud pada Allah
Muka Adam dari tanah Aden: karenanya menjadi tempat berhias dan kecantikkan
Gigi Adam dari tanah telaga Al Kautsar: tempat untuk manis-manis
Tangan kanan Adam dari tanah Ka’bah: untuk mencari nafkah dan bekerja
Tangan kiri Adam dari tanah Paris: untuk bersuci cebok (istinjak).
Kemaluan Adam dari tanah Babylonia: tempat birahi dan tipu daya syaiton untuk membimbing manusia menuju dosa.
Hati Adam dari tanah surga Firdaus: sebagai tempat iman, keyakinan, dan ilmu
Lidah Adam dari tanah Tha’if: tempat untuk mengucap kalimat syahadat dan berdoa.

Thursday, December 11, 2008

Sultan Tertarik Kompor Spiritus Temuan Rochmat

Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan membantu pengembangan kompor berbahan bakar spiritus yang dibuat Rohmat (33) warga Wonokerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Hal tersebut dikatakan Subandriyo Direktur PT Madu Baru - Madukismo, perusahaan yang memproduksi gula pasir, alkohol dan spiritus seusai mendampingi Rohmat mempresentasikan keberhasilannya membuat kompor spiritus, sekaligus ’memamerkan’ cara penggunaannya di halaman kantor gubernur DIY, Kepatihan Yogyakarta, Kamis.
Rohmat mengatakan kompor spiritus memiliki beberapa kelebihan dibanding kompor minyak tanah. Kelebihan tersebut di antaranya kompor spiritus lebih hemat biaya bahan bakarnya, karena harga spiritus lebih murah dibanding harga minyak tanah non subsidi. Harga spiritus saat ini antara Rp 5.600 sampai Rp 6.000 per liter, sedangkan minyak tanah non subsidi harganya Rp 9.000 sampai Rp9.500 per liter.
"Kompor spiritus tidak berjelaga, dan aman karena tidak mudah meledak," katanya.
Menurut dia, kelebihan lainnya adalah bisa ditambahkan air hingga 30 persen selain menggunakan spiritus sebagai bahan bakar kompor ini.
Ia mengatakan, dirinya mulai merintis membuat kompor dengan bahan bakar spiritus sejak tiga bulan lalu. Biayanya sekitar Rp 95.000 per unit kompor.
"Kami sedang mengurus permohonan untuk memperoleh hak paten atas kompor spiritus yang kami buat ini," katanya.
Kata Rohmat, apabila kompor spiritus sudah diproduksi secara massal, harganya di pasaran kemungkinan sekitar Rp200 ribu per unit.
Ia menyebutkan satu liter spiritus bisa digunakan sebagai bahan bakar kompor ini selama tujuh jam terus-menerus. Sedangkan satu liter minyak tanah bisa digunakan untuk bahan bakar kompor selama 10 jam.
Mengenai komponen yang digunakan untuk membuat kompor spiritus, ia tidak mau menjelaskan dengan alasan rahasia perusahaan.
Kata dia, sudah ada sebuah perusahaan di Jakarta yang mengajak kerjasama untuk pembuatan kompor spiritus secara massal. "Untuk tahap awal rencananya akan diproduksi 10 ribu unit kompor," katanya.
Menurut Subandriyo, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan pemprov akan membantu pengembangan kompor ini sehingga masyarakat bisa menggunakannya untuk keperluan memasak.
Mengutip pernyataan Sultan, penggunaan kompor berbahan bakar spiritus tersebut sebagai alternatif untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat akibat tingginya harga minyak tanah saat ini.
"Kata Sultan apalagi jika dikaitkan dengan konversi minyak tanah ke gas, dimana masyarakat tidak mungkin membeli gas secara eceran, maka dengan adanya kompor spiritus sangat membantu meringankan beban ekonomi masyarakat karena bahan bakar spiritus bisa dibeli secara eceran," katanya.
Ia menyebutkan harga gas satu tabung isi tiga kilogram Rp12.500, dan ini tidak mungkin bisa dibeli secara eceran. "Tetapi kalau menggunakan kompor spiritus, warga masyarakat bisa membeli spiritus secara eceran tergantung uang yang dimiliki," katanya.
Sementara itu, Subandriyo menyatakan pihaknya siap membantu dalam pengadaan spiritus untuk bahan bakar kompor tersebut. Untuk itu, perusahaannya yang berkedudukan di Bantul, DIY ini akan meningkatkan produksi spiritusnya dari 27 ribu liter menjadi 50 ribu liter per hari.
Guna mendukung peningkatan produksi spiritus, pihaknya akan memperluas areal tanaman tebu di DIY. Ia menyebutkan saat ini areal tanaman tebu di seluruh wilayah DIY sekitar 6.000 haktare, dan akan ditambah 2.000 hektare sehingga nantinya menjadi 8.000 hektare. "Areal tambahan tersebut berada di Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo dan Kabupaten Sleman," katanya.

Kompor Berbahan Bakar Air Gantikan Elpiji

Ketergantungan masyarakat terhadap kompor elpiji sangat tinggi. Tak pelak, ketika terjadi kelangkaan pasokan elpiji hal itu menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat. Barangkali hal itu tidak terjadi jika masyarakat telah memakai kompor yang ditemukan Sutarmin Sinuang Rahardjo (48), warga Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah.
Kompor penemuan Sutarmin itu juga tidak akan terpengaruh meski terjadi kelangkaan minyak tanah. Bahkan, sebaliknya, kompor tersebut mampu menurunkan konsumsi minyak tanah.
Aneh memang, kompor “ajaib” yang ditemukan Sutarmin justru bergantung pada air. Kenapa? Karena kompor itu sebagian besar bahan bakarnya memang dari air, meski masih membutuhkan minyak tanah. Tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Itulah kelebihan kompor yang ditemukan Sutarmin. Warga Kalibagor itu memang menemukan kompor yang lain daripada yang lain. Bahkan di kolong dunia ini belum ada kreasi semacam itu, sehingga dia memperoleh hak paten atas penemuannya tersebut.
Bayangkan saja, untuk menyalakan kompor hanya membutuhkan listrik, air, dan minyak tanah dengan jumlah sangat sedikit. Perbandingan antara air dengan minyak tanah adalah 1:10. Jika airnya 5 liter misalnya, kebutuhan minyak tanah hanya 0,5 liter. Sangat irit bukan?
Penemuan itu tidak datang begitu saja. Membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa menciptakan kompor berbahan bakar air tersebut. Sutarmin memulainya sejak tahun 2003, baru tahun 2006 mulai menemukan hasilnya. Tahun 2007 sekarang, kompor tersebut sudah semakin baik, meski belum sempurna bentuknya. Tetapi secara prinsip, kompor itu betul-betul telah mampu dioperasikan.
Ketika SH berkunjung ke rumahnya, Sutarmin dengan cekatan mampu membuktikannya. Kompor tersebut bentuknya hampir sama dengan kompor elpiji. Bentuknya lebih tebal. Tidak ada tabung seperti halnya tabung elpiji. Hanya ada kabel dari kompor tersebut yang dialirkan pada arus listrik. Selain itu, bahan bakarnya yakni air dan minyak tanah dimasukkan dalam tabung yang bersatu dengan kompor.

Sederhana
Cara kerjanya pun sangat sederhana. Mula-mula, kabel dari kompor dialiri listrik. Aliran listrik itu digunakan untuk memanaskan air yang menjadi bahan bakar tersebut, serta untuk memantik “korek api” elektrik yang ada dalam komponen kompor. Setelah beberapa saat, akan terdengar suara air mendidih. Kemudian, dia menyalakan kompor seperti halnya kompor elpiji. Nyala apinya juga sama persis dengan elpiji, bahkan tidak membuat kehitaman panci atau alat masak lainnya.
Prinsipnya, kata Sutarmin, sebetulnya sangat sederhana. Aliran listrik tersebut masuk dalam pemanas yang kemudian membuat air yang menjadi bahan bakar itu mendidih. Dalam kondisi mendidih, air menghasilkan uap yang bercampur dengan minyak tanah. Bersamaan dengan itu, pematik dihidupkan dan menghasilkan api yang berwarna biru.
“Jika kompor dipakai sejak awal, pemanasannya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit. Setelah kelihatan menganga pada “korek” elektriknya maka saklar dinyalakan dan api langsung menyala. Awalnya, aliran listrik membutuhkan daya sekitar 100 watt. Namun jika telah menyala, kebutuhan listrik hanya tinggal lima watt saja. Kalau kompor akan terus dipakai, sebaiknya aliran listrik jangan diputus. Sebab kalau diputus itu berarti membutuhkan waktu untuk pemanasan lagi,” katanya.
Menurutnya, adanya kompor ini akan sangat membantu masyarakat yang kesulitan membeli gas elpiji atau minyak tanah karena harganya semakin mahal. Penemuan ini, kata Sutarmin, memang tidak bisa disampaikan secara detail kinerjanya, karena menyangkut hak cipta.
“Yang pasti, dengan adanya penemuan kompor ini, setidaknya masyarakat akan tahu bahwa kompor tidak selamanya berbahan bakar minyak atau elpiji atau listrik. Tetapi juga dapat berbahan bakar air,”tandas Sutarmin.

Wednesday, December 10, 2008

Terjebak oleh Ritual Idul Qurban

Ajaran berkorban dimiliki oleh semua agama dan kepercayaan. Tanpa pengorbanan dipercayai kehidupan semakin tidak harmonis. Repotnya, pengorbanan sering dilakoni sebagai kegiatan spiritual an sich. Bukan ajaran untuk melakukan pengorbanan.

Dalam pemahaman agama dikenal adanya tingkatan-tingkatan yakni syariat, toriqoh, hakekat, dan marifat. Antara keempatya terdapat perbedaan yang sangat mencolok yang bisa dikategorikan bainas sama wal ard (antara bumi dan langit).

Syariat bisa dipahami sebagai ajaran agama yang mengatur wujud lahir manusia, baru thoriqoh atau 'jalan' atau proses dari syariat menuju hakekat. Baru setelah itu hakekat yakni esensi atau hal-hal yang menyangkut isi dari agama. Kemudian makrifat yaitu mengenal Allah dengan sebenar-benarnya kenal. Dengan kata lain, syariah adalah kulit, toriqoh transisi, hakekat adalah isi, sedangkan marifat pengetahuan yang sebenarnya.

Dan ternyata pemahaman kita tentang ajaran yang sering kita lakoni setiap hari umumnya memang hanya terkait dengan kulit. Lapisan luar, dasar, elementer, atau pada tingkatan SD (sekolah dasar).

Hal demikian sering terjadi karena aspek ibadah yang dipandang oleh manusia hanyalah apa yang bisa dilihat oleh mata dan dirasakan oleh indera lainnya. Kalaulah hal tersebut berlangsung pada seseorang secara terus menurus maka kesimpulannya adalah sebuah kesalehan.

Di masa super modern seperti saat ini manusia sudah dicapekkan dengan berbagai kompleksitas kehidupan sehingga tidak memiliki waktu cukup untuk menukik ke tingkat hakekat apalagi marifat. Pragmatisme dan hedonisme mengantarkan manusia untuk mencari yang paling praktis dan paling enak. Tanpa harus berpikir apakah hal-hal tersebut memberikan manfaat atau tidak.

Tidak heran bila dalam kenyataan siswa dan mahasiswa lebih suka nyontek dibanding belajar. Yang penting nilainya bagus meski kenyataannya tidak becus. Ada politisi lebih suka mengambil jalan pintas meskipun tidak pantas. Ada pula pegawai yang mengamini korupsi meski bertentangan dengan hak asasi.

Dengan demikian sebuah capaian yang tertinggi akhirnya hanya terukur pada kenyataan-kenyataan yang bersifat lahiriah. Orang dinilai pandai manakala semua nilainya A. Dermawan adalah yang sering menggelontorkan hartanya buat orang lain. Orang kaya terlihat dari kekayaannya yang menggunung. Pejabat yaitu mereka yang menduduki pangkat tinggi.

Dus, sangat jarang terpikir bahwa orang pandai adalah mereka yang berilmu dan
mengamalkan ilmunya. Dermawan selalu memberikan hartanya dengan penuh keikhlasan. Orang kaya mendapatkan hartanya via jalan yang halal, dan pejabat adalah mereka yang memegang amanah rakyat.

Demikian juga nasib ajaran Idul Qorban atau Idul Adha. Pemahaman yang tercipta dan selalu diulang-ulang dalam khotbah adalah perintah untuk berkorban berupa domba, lembu, unta, dan lainnya. Agama mengajarkan hal tersebut agar manusia tidak lupa untuk berkorban. Setelah itu, sang ustadz dengan gayanya yang elegan menuntun sapi bersama sang penyumbang ke tempat penyembelihan.

Sebelumnya, klik klik klik, acara foto bersama kambing, lembu dan onta yang akan dikorbankan. Lebih norak lagi, sehari sebelum hari H, para kambing dan lembu tersebut ditulisi dengan spidol besar nama orang yang berkorban. Jadilah ada lembu Muhamad, kambing Achmad, onta Fulan, atau domba Abdullah.

Kebanggaan akan muncul manakala banyak mata memandang siapa mengorbankan apa. Makin besar nilai korbannya, makin mantap jiwa keimanannya. Bahkan, biar kelihatan terpandang, maka ada yang melakukan korban keroyokan, satu sapi dibagi enam atau delapan. Dan, sang penyembelih harus menyebut berbagai nama dimaksud sebelum meletakkan pisaunya di leher sang sapi.

Anggota panitia korban adalah orang yang berhak mendapatkan dagingnya, sehingga pada tataran ini, mereka mengambil untuk pertama kali. Tentu bukan di bagian ujung kaki, melainkan di bagian-bagian yang paling berisi. Sang empunya hewan korban juga sudah menunggu di sampingnya. Biasanya mereka membawa bagian paha atas korban dimaksud.

Akhirnya, fakir miskin, muallaf, dan para musafir yang menurut agama dinilai pihak yang paling berhak hanya kebagian daging plus lemak plus tulang belulang.

Setelah acara ritual korban terjadilah pesta pora: mereka yang menerima daging korban, panitia pelaksana, ataupun pihak yang berkorban. Ada sate, gule, tongseng, dan lainnya.

Bahkan, kadang ada juga yang sambil makan sate meminum minuman keras, katanya biar pas, seperti orang barat (makan daging sambil minum red wine). Dapat dipastikan, pada dua hari mulai hari H, tukang sate dan lainnya terpaksa cuti menjual dagangannya.

Dengan pemahaman yang sangat cetek seperti itu sangat bisa dipastikan bahwa nilai-nilai pengorbanan yang menjadi ajaran setiap agama tidak atau jauh menyentuh dalam kehidupan keseharian. Semua berhenti pada tingkatan ritual, kenyataan dan syariat.

Tidak heran, bila seminggu setelah Idul Adha, ketika tetangga kesakitan dan perlu biaya, mereka pura-pura tidak tahu. Ketika saudaranya mendapat musibah rasa iba pun tidak muncul. Dan manakala ada musibah bencana alam, alih-alih menyumbang, biasanya hanya pandai mengkritik mestinya begini dan begitu.

Orang menjadi lupa bahwa pengorbanan adalah suatu ajaran untuk memberikan yang tebaik yang dimilikinya. Karenanya Tuhan mencontohkan Ibrahim menyembelih Ismail, anaknya yang paling disayanginya. Bukan hanya berkorban dengan pakaian bekas layak pakai, menyumbang dengan uang receh, dan memberi buku bekas kepada anak yatim.

Orang pun menjadi tidak mengerti lagi bahwa yang penting dalam korban bukanlah iklan di tv dan media cetak. Melainkan sebuah upaya syukur atas nikmat Tuhan agar dirinya terus menerus mendekat kepada sang pemilik kehidupan.

Bahwa yang dilihat Tuhan bukan kambingnya tetapi imannya. Bahwa yang penting penyertaan iman dalam pengorbanan, bukan besar kecilnya korban. Bahwa jiwa multiplayer effects pengorbanan harus berkobar dari waktu ke waktu tanpa henti, berkesinambungan, sustainable, dan semakin besar.

Manakala kita semua terjebak dalam ritualisme syariat ajaran korban maka manfaat korban hanya sampai pada perut yang membuncit dan akan lenyap dalam hitungan jam dan hari. Setelah itu, semua back to basic dan tidak banyak manfaat yang bisa dipetik. Naudubillahi min dzalik.